Sejarah Tentang Topologi FTTH
Dalam artikel sebelumnya kita telah membahas penjelasan sederhana jaringan FTTH mari kita lanjutkan dengan topologi FTTH, sebelum membahas lebih jauh mari sedikit mengintip sejarah tentang topologi FTTH dari awal mula hingga perkembangan jaringan FTTH.
Sejarah Tentang Topologi FTTH
Topologi mempunyai banyak makna, tergantung konteks dan subyek yg digunakan. Topologi dalam konteks jaringan komputer adalah susunan atau konfigurasi bagaimana perangkat-perangkat dalam sebuah jaringan saling terhubung satu sama lain. Sederhananya, topologi menggambarkan “peta jalan” data ketika berpindah dari satu perangkat ke perangkat lainnya dalam jaringan.
Sebelum era FTTH, koneksi internet rumah tangga umumnya menggunakan kabel tembaga. Kabel tembaga ini memiliki keterbatasan dalam hal kecepatan dan jarak transmisi data. Dengan semakin tingginya permintaan akan layanan internet berkecepatan tinggi, seperti halnya streaming video, bermain game online, dan bekerja dari rumah, teknologi kabel tembaga (coaxial ) mulai terasa sangat kurang kemudian munculah era kabel fiber optik.
Untuk memahami sejarah perkembangan topologi FTTH, penting untuk melihat bagaimana teknologi ini berkembang secara bertahap dan menjadi fondasi utama bagi infrastruktur telekomunikasi modern.
1. Awal Pengembangan Serat Optik (1960-an – 1970-an)
Serat optik pertama kali dikembangkan pada 1960-an dengan menggunakan prinsip bahwa cahaya dapat dipandu melalui media tertentu dengan sangat sedikit kehilangan energi. Ilmuwan seperti Charles K. Kao memainkan peran penting dalam pengembangan serat optik untuk komunikasi telekomunikasi. Pada tahun 1970, para peneliti di Corning Glass Works menemukan serat optik yang mampu mentransmisikan cahaya dengan kerugian yang cukup rendah, sekitar 20 desibel per kilometer, yang cukup efisien untuk digunakan dalam komunikasi jarak jauh.
Saat itu, penggunaan serat optik difokuskan untuk backbone atau tulang punggung jaringan telekomunikasi, menghubungkan pusat-pusat data, dan mentransmisikan sinyal jarak jauh. Serat optik memberikan bandwidth yang jauh lebih besar dan jangkauan yang lebih panjang dibandingkan dengan kabel tembaga.
2. 1980-an: Penelitian dan Uji Coba Komersial
Pada tahun 1980-an, serat optik mulai digunakan secara luas untuk jaringan backbone telekomunikasi di kota-kota besar. Ini membuka pintu bagi pengujian teknologi fiber optik untuk digunakan lebih dekat dengan pengguna akhir, seperti di perkantoran dan lingkungan bisnis.
Namun, teknologi FTTH saat itu masih dalam tahap eksperimental. Biaya yang tinggi dan infrastruktur kabel tembaga yang sudah ada membuat transisi ke serat optik untuk rumah tangga menjadi tantangan. Selain itu, kebutuhan bandwidth untuk rumah tangga masih dapat dipenuhi oleh kabel tembaga, terutama dengan teknologi xDSL yang meningkatkan kapasitas kabel tembaga.
Baca Juga : Mekanisme Jaringan FTTH
3. 1990-an: Kelahiran Konsep FTTH
Pada dekade 1990-an, kebutuhan akan kapasitas data yang lebih besar mulai meningkat seiring dengan perkembangan internet dan meningkatnya penggunaan layanan digital. Video on demand, konferensi video, dan layanan berbasis internet lainnya mulai menuntut jaringan yang lebih kuat. Pada masa ini, konsep FTTH mulai muncul sebagai solusi untuk menyediakan layanan berkecepatan tinggi langsung ke rumah pelanggan.
Beberapa perusahaan di negara maju mulai berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan jaringan FTTH. Jepang, misalnya, melalui perusahaan-perusahaan seperti NTT (Nippon Telegraph and Telephone), mulai melakukan percobaan untuk mengembangkan jaringan serat optik yang dapat menjangkau rumah tangga. Korea Selatan juga mengikuti langkah serupa, didorong oleh keinginan untuk menjadi negara dengan infrastruktur telekomunikasi paling maju.
4. Awal 2000-an: Peluncuran Komersial FTTH
Pada awal 2000-an, FTTH mulai diterapkan secara komersial di beberapa negara, terutama di Asia. Jepang menjadi salah satu pelopor FTTH dengan NTT yang meluncurkan layanan serat optik ke rumah pelanggan pada awal dekade ini. Keberhasilan implementasi FTTH di Jepang menginspirasi negara-negara lain untuk mengikuti jejak mereka.
Selain itu, perusahaan besar seperti Verizon di Amerika Serikat memperkenalkan layanan FiOS yang didasarkan pada teknologi FTTH. Verizon meluncurkan jaringan serat optik yang memberikan kecepatan internet hingga gigabit per detik, jauh melampaui kapasitas kabel tembaga tradisional.
Namun, meskipun potensi FTTH sangat besar, peluncurannya membutuhkan investasi besar-besaran dalam infrastruktur. Perusahaan telekomunikasi di banyak negara harus mempertimbangkan biaya yang tinggi untuk menggantikan infrastruktur tembaga yang sudah ada dengan serat optik.
5. 2010-an: FTTH Mulai Menjadi Standar Jaringan Broadband
Pada dekade 2010-an, FTTH semakin diterima luas sebagai standar untuk jaringan broadband berkecepatan tinggi. Ini disebabkan oleh peningkatan tajam dalam kebutuhan bandwidth oleh konsumen, seperti untuk layanan streaming video berkualitas tinggi (HD, 4K), gaming online, serta layanan berbasis cloud.
Jaringan tembaga yang sebelumnya digunakan untuk koneksi internet DSL mulai menunjukkan keterbatasannya dalam menghadapi tuntutan ini, terutama untuk kecepatan upload dan download yang lebih tinggi. Oleh karena itu, FTTH menjadi pilihan logis bagi operator jaringan untuk menggantikan infrastruktur lama dan memperkenalkan layanan berkecepatan gigabit.
Di banyak negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, sebagian besar Eropa, serta kota-kota besar di Amerika Serikat, FTTH telah menggantikan kabel tembaga sebagai teknologi utama untuk distribusi internet. Negara-negara ini juga memperluas jangkauan FTTH ke daerah-daerah pedesaan dan terpencil, memperluas akses internet berkecepatan tinggi ke masyarakat yang sebelumnya kurang terlayani.
6. Perkembangan Saat Ini: Globalisasi FTTH
FTTH terus berkembang hingga saat ini. Di seluruh dunia, berbagai negara dan perusahaan telekomunikasi berlomba-lomba untuk memperluas cakupan jaringan serat optik mereka. Negara-negara berkembang juga mulai berinvestasi dalam jaringan FTTH untuk mendorong pertumbuhan ekonomi digital dan meningkatkan akses ke layanan internet bagi masyarakat yang lebih luas.
Di sisi lain, perkembangan teknologi seperti GPON (Gigabit Passive Optical Network) dan XG-PON telah meningkatkan efisiensi jaringan FTTH. Teknologi ini memungkinkan operator untuk memberikan layanan yang lebih cepat dan efisien dengan biaya yang lebih rendah, memungkinkan ekspansi jaringan serat optik dengan lebih cepat.
Kesimpulan
Sejarah topologi FTTH adalah perjalanan panjang dari penggunaan kabel tembaga menuju dominasi serat optik. Perkembangan teknologi PON dan standarisasi telah mempercepat adopsi FTTH secara global. Meskipun masih ada tantangan yang harus diatasi, FTTH akan terus menjadi tulang punggung infrastruktur digital di masa depan, mendukung berbagai layanan inovatif seperti Internet of Things (IoT), cloud computing, dan big data.
Topologi pada FTTH menentukan bagaimana serat optik dihubungkan dan didistribusikan ke pelanggan, baik itu menggunakan jalur langsung dari Central Office (Point-to-Point) atau menggunakan pembagian jalur melalui splitter optik (Point-to-Multipoint). Pemilihan topologi bergantung pada berbagai faktor seperti kebutuhan bandwidth, biaya instalasi, dan efisiensi operasional. Topologi Point-to-Point menawarkan jalur eksklusif dan kecepatan maksimal, sementara topologi P2MP dengan PON memberikan solusi yang lebih hemat biaya dan efektif untuk area dengan banyak pelanggan.